Profil Desa


A. Sejarah Desa Pelaga
Berdasarkan monografi desa pelaga pada zaman dahulu kala kira-kira pada abad IX, yaitu pada zaman pemerintahan dari jaya pangus sebagai raja bali, berdiri pulalah sebuah kerajaan gegelang. Disamping permaisuri raja juga mempunyai seorang selir, dari seorang selir sang raja menurunkan seorang putra tertua sedangkan dari permaisuri sang raja sendiri memiliki seorang putra yang lebih muda. Keluarga sang raja pada waktu itu sangat bahagia hingga putra-putra raja menginjak usia remaja. Melihat keadaan tersebut, sang raja berkeinginan untuk mengangkat salah satu putranya untuk menggantikan tahta rajanya, kemudian maksud tersebut sampailah kepada rakyat Gegelang, sehingga timbullah keresahan-keresahan di masyarakat gegelang terhadap putra yang mana sebenarnya berhak menggantikan tahta ayahnya. Masyarakat kerajaan gegelang sendiri sebagaian besar cenderung untuk memilih putra raja dari permaisuri.
Berita ini kemudian sampai pula di dengar oleh putra jaya yang pertama dan ia merasa tersinggung karena merasa disepelekan dan diremehkan. Sebagai seorang putra raja, putra yang pertamalah yang berhak menggantikan kedudukan ayahnya, tanpa memperhatikan keturunan permaisuri atau keturunan selir. Putra raja pertama tetap beranggapan bahwa dialah yang berhak menggantikan kedudukannya sebagai raja Gegelang. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut maka harus menyingkirkan penghalang yang ada yaitu dengan cara membunuh adiknya sendiri dari keturunan permaisuri.
Kemudian putra raja pertama memanggil mahapatih kerajaan Gegelang untuk menyampaikan rencananya semula. Padahal hubungan kakak dan adik sebagai putra-putra raja sangatlah akrab, seolah-olah tidak ada niat jahat yang terkandung disalah satu pihak putra raja. Pada saat yang telah ditentukan maka mahapatih diperintah untuk membunuh adiknya disebuah hutan. Mayat adiknya diseret dan diletakkan disamping sebuah pohon kayu lebat serta dikuburi oleh daun-daunan sehingga tidak terlihat. Setelah beberapa hari putra raja kedua tidak kelihatan dipuri, raja beserta permaisuri terus gelisah hingga menjadi suatu kepanikan. Alkisah pada suatu hari ada seorang pemburu kemalaman ditengah jalan. Pemburu itu terlihat payah, maka sang pembunuh memutuskan untuk tidur ditengah hutan. Pada saat menjelang pagi hari pemburu bermimpi mendengar sabda dari dewa penguasa kuburan yang berbunyi “Hai pemburu dengarlah baik-baik sabdaku, dimana sekarang rajamu sedang dalam keadaan bingung karna telah kehilangan seorang putra yang disayanginya, hal tersebut dikarenakan putra raja telah mati terbunuh disebuah hutan. Kejadian itu dapat kamu ketahui dari kata-kata PA-RA-LA-GA yang artinya PA adalah putra Ida, RA artinya rekan ida, LA artinya lalang duta, GA artinya gegelang. Dari kata PA-RA-LA-GA dapat disimpulkan putra sang Raja dari permaisuri telah mati terbunuh, yang dibunuh oleh kakaknya dari istri selir dan pelakunya adalah seorang mahapatih yang bernama Lalang Duta dan tempat pembunuhan terjadi dihutan alas Gegelang (bahasa Bali). Hanya itulah sabdaku dan segeralah pulang serta laporkan pada raja. Maka sang pemburu bangun dari tidurnya dan melaporkan mimpi tersebut pada raja.
Mendengar cerita tersebut maka raja langsung memerintahkan pada para punggawa mahapatih Gegelang serta diikuti oleh kerajaan Gegelang pergi kehutan guna mengecek kebenaran dari cerita sang pemburu. Ternyata memang benar cerita sang pemburu itu menjadi kenyataan. Putra sang raja ditemukan sudah menjadi mayat yang ditimbuni daun-daun disebuah pohon lebat yang telah lapuk. Raja pun bertamba murka kemudian menjadi naik pitam. Kemudian raja mengamuk melihat keadaan tersebut rakyat Gegelang tidak berani mendekat. Sejak saat itu kerajaan Gegelang mengalami kehancuran dan kemusnahan dari keturunannya. Berdasarkan hal tersebut lama kelamaan dikalangan masyarakat sering membicarakan dua kata yaitu: PA-RA-LA-GA dari mulut kemulut. Dari kata-kata tersebut kemudian meningkat menjadi PARALAGA, selanjutnya berubah menjadi PELAGA hingga saat ini wilayah kerajaan Gegelang disebut sebagai wilayah Pelaga. Kalau dihubungkan dengan wilayah Pelage yang sekarang, maka nama Gegelang pada saat ini masih dikenal oleh masyarakat hal ini menandakan bahwa dulu Pura Pucak Gegelang tersebut merupakan sebuah pusat kerajaan Gegelang, hal ini dapat dilihat dari pelinggih-pelinggih yang ada dipucak Gegelang sebagai berikut: jaba tengah terdapat pelinggih pesinggahan Ratu Sakti sebagai Tameng-Dada sesuhunan di Pura Pucak Gegelang (mahapatih Langlang Duta) dijeroan terdapat dua pelinggih yaitu :
1.    Saren kanginan dengan satu pelinggih yang merupakan sebuah meru tumpang tujuh.
2.    Saren kaleran dengan sebuah pelinggih yang merupakan sebuah meru tumpang tiga.
Peninggalan tertulis dari Pucak Gegelang ini masih disimpan dibanjar Pangsan dan Negara dalam keadaan yang sudah rapuh (rusak).

    B. Kondisi Geografis
Desa Pelaga
Desa Pelaga secara administratife termasuk wilayah kecamatan Petang, Kabupaten Badung. Desa Pelaga terletak pada ketinggian berkisar antara 650-1.110  meter dari atas permukaan laut. Desa Pelaga memiliki luas wilayah 3545,20 hektar, dimana lokasi ini dapat ditempuh denan jalan darat, jarak dari kota Denpasar ± 47km atau 1 jam perjalanan dan terletak 15km dari kota kecamatan Petang. Desa ini terletak diantara dua daerah tujuan wisata yaitu : objek wisata Bedugul dan objek wisata Kintamani.
Secara geografis desa Pelaga memiliki batas-batas wilayah adalah sebagai berikut :
1.    Sebelah Utara      :    Hutan lindung milik negara/Pucak Mangu
2.    Sebelah Selatan   :    Batas buatan (pal beton)
3.    Sebelah Timur     :    Sungai Bangkung
4.    Sebelah Barat      :    Pangkung Cengkedek
Di dalam buku profil desa Pelaga disebutkan bahwa desa administratif Desa Pelaga yang sekarang ini merupakan gabungan dari dua desa administratif yaitu Desa Pelaga dan Desa Tiyingan keadaan ini berlangsung dari tahun 1937 sampai tahun 1957, setelah tahun 1957 dua desa tersebut bergabung menjadi satu Desa administratif yaitu Desa Pelaga yang ditunjang oleh delapan Banjar dinas, delapan banjar Adat dan delapan Desa Adat. Pada tahun 2007 banjar dinas Auman mekar menjadi satu banjar dinas persiapan serta ditetapkan definitif banjar yaitu Banjar dinas Bukit Munduk Tiying. Adapun nama-nama Banjar Dinas seperti Dusun/Banjar Dinas Pelaga, Dusun/Banjar Dinas Kiadan, Dusun/Banjar Dinas Nungnung, Dusun/Banjar Dinas Tinggan, Dusun/Banjar Dinas Bukian, Dusun/Banjar Dinas Semanik, Dusun/Banjar Dinas Tiyingan, Dusun/Banjar Dinas Auman, Dusun/Banjar Dinas Bukit Munduk Tiying,
Desa Pelaga selain memiliki 9 banjar dinas juga dibagi menjadi 8 banjar adat dimana masing-masing Banjar adat mempunyai Tri kahyangan Jagat ( Pura Puseh, Pura baleagung dan Pura Dalem).
Desa Pelaga merupakan wilayah dataran tinggi dengan kondisi lahan pegunungan /perbukitan terletak sekitar 40 km dari Denpasar yang beriklim normal, curah hujan rata-rata 2135mm pertahun dengan temperature rata-rata 24,2 derajat celcius. Kelembaban rata-rata 92,5 %, dan tekanan rata-rata 1009,6 mm bar dengan penyinaran 65%. Hujan jatuh pada bulan Oktober sampai dengan bulan April dan hujan terbanyak jatuh pada bulan Desember hingga bulan Januari. Topografi daerahnya berbukit-bukit dengan kemiringan 62o. Oleh karena itu, lahan pertanian umumnya dibuat bertingkat-tingkat dalam bentuk terasiring.

C.     Iklim Desa Pelaga
Keadaan alam Desa Pelaga merupakan desa yang cukup lembab, dengan temperature rata-rata 20 o C sampai dengan 30o C, dengan curah hujan rata-rata 1.471 cm per tahun.Arah angin yang datang dari arah tenggara membawa musim kemarau yang biasanya terjadi pada bulan April sampai dengan Oktober sedangkan yang dari arah barat laut membawa curah hujan yang terjadi pada bulan Oktober sampai dengan bulan April.

D.    Tata Guna Tanah
Luas tanah yang termasuk di wilayah Desa Pelaga 3545,204 Ha dan dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan jenis kegunaan nya dan dapat kita lihat dalam table berikut :
Tabel 1. Rincian Tata guna Tanah di Desa Pelaga Tahun
No
Jenis Kegunaan Lahan
2008
2009
1
Pemukiman/Perumahan
45,10
45,10
2
Bangunan Umum
20,42
20,42
3
Persawahan
145
145
4
Tegal/ladang, Perkebunan
2671,74
2671,74
5
Tempat Ibadah
6
6
6
Jalur Hijau
-
-
7
Kuburan
6,50
6,50
8
Pertokoan / Perdagangan
-
-
9
Perkantoran Pemerintah
5,00
5,00
10
Pasar desa
-
-
11
Perkebunan Negara
-
-
12
Tanah hutan
630,44
630,44
13
Jalan
15,00
15,00
JUMLAH
3545,204
3545,204
Sumber : Data Monografi Desa Pelaga, 2009

E.     Gambaran Demografi Desa Pelaga
Jumlah penduduk Desa Pelaga setiap tahunnya cenderung bertambah sedangkan luas wilayah tetap, sehingga kepadatan penduduk terus meningkat. Jumlah penduduk mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam pertumbuhan dan pembangunan disegala bidang. Penduduk merupakan sumber daya manusia dan sebagai salah satu faktor penentu dalam keberhasilan pembangunan, akan tetapi sekaligus menikmati hasil pembangunan yang dilaksanakan. Jumlah penduduk Desa Pelaga sampai akhir Tahun 2009 sebanyak 5.885 orang. Masalah penduduk perlu mendapat perhatian dalam hal pencatatan distribusi menurut kelompok umur dan jenis kelamin, menurut pendidikan, dan mata pencaharian pokok, berturut-turut disajikan dalam Tabel 2, Tabel 3, Tabel 4 , Tabel 5 dan Tabel 6.
Tabel 2. Komposisi Penduduk Desa Pelaga Menurut Jenis Kelamin Tahun 2009
No
Jenis Kelamin
Jumlah Orang
1
Pria
2.983
2
Wanita
2.902
Jumlah
5.885





Sumber : Data Monografi Desa Pelaga Tahun 2009

Tabel 2 menunjukkan jumlah penduduk pria lebih banyak dari penduduk wanita, yakni penduduk pria di Desa Pelaga berjumlah 2.983 orang, sedangkan jumlah penduduk wanita sebanyak 2.902 orang.
Tabel 3. Komposisi Penduduk Desa Pelaga Menurut Kelompok Umur Tahun 2009
Umur
Jumlah
0   - 12 Bulan
54
1   -   5 Tahun
425
5   -   7 Tahun
169
7   - 15 Tahun
593
15 - 56 Tahun
3.346
Diatas 56 Tahun
1.298
Jumlah
5.885
Sumber : Monografi Desa Pelaga (2009)

Tabel 4. Jumlah Penduduk Desa Pelaga Menurut Pendidikan Tahun 2009
No
Pendidikan
Jumlah
1
Belum Sekolah
134
2
Usia 7-35 tahun tidak pernah sekolah
4
3
Pernah sekolah SD tapi tidak tamat
2
4
Tamat SD/Sederajat
1.569
5
Tamat SLTP/Sederajat
1.544
6
Tamat SMU / Sederajat
2.334
7
Tamat Diploma
168
8
Tamat Sarjana ( S1,S2 )
130
Jumlah
5885
Sumber : Monografi Desa Pelaga (2009)

Sesuai Tabel 4 data yang diperoleh dari pemerintah desa memperlihatkan jumlah penduduk Desa Pelaga menurut pendidikan Tahun 2009, dimana jumlah terbanyak penduduk desa ini tamat SMU yaitu sebesar 2.334 orang. Sedangkan jumlah penduduk yang telah menamatkan pendidikannya di jenjang akademi dan perguruan tinggi sebesar 298 orang. Data ini menunjukkan perhatian serta pemahaman masyarakat Desa Pelaga pada pendidikan sudah cukup baik.
Tabel 5.Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Pokok Tahun 2009
No
Mata Pencaharian
Jumlah
1
Buruh Tani
184
2
Petani
3.935
3
Pedagang/Wiraswasta
295
4
Pengrajin
25
5
PNS
154
6
TNI/Polri
85
7
Penjahit
14
8
Montir
5
9
Sopir
53
10
Karyawan Swasta
775
11
Kontraktor
5
12
Pertukangan
255
13
Peternak
105
Jumlah
5885
Sumber : Monografi Desa Pelaga (2009)


Tabel 6.Jumlah Penduduk Menurut Agama / Aliran Kepercayaan Tahun 2009
No
Aliran Kepercayaan
2009
1
Hindu
5817
2
Islam
11
3
Kristen Protestan
-
4
Kristen Katolik
-
5
Budha
57
6
Aliran Kepercayaan
-
Jumlah
5885
Sumber : Monografi Desa Pelaga (2009)
Pada Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Desa Pelaga adalah memeluk Agama Hindu yaitu sebanyak 5.817 Orang, kemudian yang beragama Budha sebanyak 57 Orang mereka ini adalah penduduk pendatang keturunan Cina, dan 11 Orang Bergama Islam. Walaupun penduduk Desa Pelaga terdiri dari tiga (3) Agama yaitu Agama Hindu, Budha dan Katolik, tapi mereka bisa hidup tentram berdampingan satu sama lainya dan saling menghargai satu sama lainnya.
Desa Pelaga memiliki panorama alam dengan bentangan wilayah menghijau yang masih asri dan alami serta wilayah pegunungan dengan udaranya yang segar bebas dari polusi asap ukendaraan sehingga membuat masyarakatnya hidup tentam, damai dan nyaman sepanjang hari. Sesuai pengamatan di lapangan Desa ini sudah mulai ramai dikunjungi oleh wisatawan baik domestik maupun manca Negara sejak  dikembangkannya air terjun Nunung sebagai salah satu daya tarik wisata di Desa Pelaga, khususnya bagi wisatawan yang memiliki kegemaran wisata alam (ecotourism). Setiap hari tampak puluhan wisatawan baik domestik maupun manca negara memanfaatkan waktunya untuk berkunjung ke Desa Pelaga guna menikmati keindahan suasana alamnya yang masih asri. Wisatawan yang datang ke Desa Pelaga disamping untuk melihat keunikan alam seperti Air Terjun Nungnung, Pucak Mangu dan Tukad Bangkung, sebagian dari mereka memanfaatkan tempat ini untuk berolah raga (jogging), trakking, bersepeda, serta hanya untuk menikmati indahnya pemandangan alam pedesaan.
Untuk menyeimbangkan perkembangan Industri Pariwisata di wilayah Badung Selatan dan Badung Utara, sehingga nantinya tidak terjadi kesenjangan dalam pembangunan kehidupan masyarakat dan menghindari adanya kecemburuan sosial yang muncul akibat pesatnya perkembangan pariwisata, dan supaya kue pariwisata dapat dinikmati secara merata, maka sesuai dengan Peraturan Bupati Badung Nomor 47 Tahun 2010, tanggal 15 September 2010 Tentang Penetapan Kawasan Desa Wisata di Kabupaten Badung, Desa Pelaga ditetapkan sebagai Desa Wisata. Jenis pariwisata yang cocok dikembangkan di Desa Pelaga yaitu; Wisata Alam (Eco Tourism), Wisata Spiritual ( Spritual Tourism), Wisata Agro (Agro Tourism).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar